Pembelajaran Jarak Jauh atau PJJ merupakan tantangan besar bagi guru dalam mengemas proses pembelajaran yang aktif, kreatif, inovatif dan menyenangkan. Keterbatasan ruang dan waktu memaksa guru untuk membuat berbagai terobosan guna ketercapaian tujuan pembelajaran. Tentunya membutuhkan proses yang tidak mudah dalam penemuan metode pembelajaran online supaya sesuai dengan karakteristik mata pelajaran dan keterseidaan sarana online (gadget). Terlebih lagi, dengan adanya program Asesmen Nasional yang mengukur kemampuan literasi siswa, maka guru semakin dituntut melakukan perubahan mendasar untuk mewujudkan pembelajaran berbasis literasi.
Sebagai wujud nyata sekolah dalam upaya mewujudkan pembelajaran berbasis literasi, pada Selasa (30/8) melalui ruang virtual sebanyak 19 orang guru SMP Negeri 2 Purwokerto bersama 20 orang guru dari MTsN I Jember Jawa Timur mengikuti Workshop Pembelajaran dan Asesmen Berbasis Literasi yang difasilitasi oleh Nyalanesia. Workshop ini merupakan rangkaian kegiatan Gerakan Sekolah Menulis Buku (GSMB) Nasional 2021 yang fokus pada program Pengembangan Literasi Sekolah.
Narasumber pada kegiatan ini adalah Risky Satria selaku Praktisi Penyusunan Perangkat Ajar Kemendikbud Ristek dalam paparan awal menyampaikan bahwa tujuan workshop ini supaya guru dapat memahami apa saja kemampuan literasi yang dibutuhkan siswa, guru memiliki pengetahuan dan referensi baru terkait strategi pembelajaran berbasis literasi, serta guru dapat menyusun ide rencana pembelajaran berbasis literasi. Selanjutnya disampaikan pula bahwa selama ini telah terjadi miskonsepsi dalam memahami literasi. Pemahaman bahwa literasi hanya sekadar kegiatan membaca, kemampuan literasi hanya bisa diasah dalam pelajaran bahasa, dan pemahaman bahwa semakin sering membaca semakin baik kemampuan literasinya, teryata itu semua keliru besar. Maka pemahaman makna literasi itu mesti diluruskan oleh semua pihak, bukan hanya guru tapi juga seluruh pemangku kepentingan dunia pendidikan.
“Kemampuan literasi itu adalah seperangkat kemampuan yang dimiliki oleh setiap individu dalam melakukan sebuah pekerjaan yang terkait dengan aktivitas mengolah informasi. Berawal dari menemukan, memahami dan mengevaluai informasi. Jadi dalam hal ini literasi bukan hanya sebatas membaca, tetapi memiliki makna yang lebih luas. Ada berbagai literasi yang bisa dikembangkan dalam pembelajaran, yaitu literasi bahasa, numerik, sains, digital, finansial, budaya dan kewarganegaraan,” ujar Risky Satria yang kesehariannya juga menjadi guru Sekolah Cikal di Serpong.
Setelah penjelasan konsep literasi, dilanjutkan seksi praktik menyusun ide konsep pembelajaran berbasis literasi sesuai dengan mata pelajaran yang diampu masing-masing peserta dengan menggunakan kanvas. Beberapa strategi dalam pembelajaran berbasis literasi yang dapat diterapkan antara lain jurnalku, jigsaw reading, riset, membaca aktif, gamifiksasi bacaan, kuis, artikel kelas, dan masih banyak lagi.
Asriningsih selaku guru Penjasorkes dalam perbincangan sebelum mengikuti workshop sempat mengutarakan pertanyaan, “kalau mata pelajaran Penjasorkes, bentuk literasinya apa ya?”. Namun setelah berproses mengikuti jalannya workshop ia mendapatkan informasi bahwa literasi bukan hanya masalah kebahasaan saja, tetapi juga tentang literasi visual atau gambar yang bisa dikomunikasikan. Selanjutnya disampaikan pula, bahwa literasi sangat bermanfaat dan menjadi indikator penting dalam menghasilkan prestasi generasi muda dalam mencapai kesuksesan.
Sejalan dengan Asriningsih, Saliman juga berpendapat literasi adalah yang berkaitan dengan rumpun bahasa. Namun ternyata literasi itu bisa diterapkan untuk semua mata pelajaran, bukan hanya rumpun bahasa saja. Workshop ini memunculkan cakrawala baru tentang literasi dan penerapannya. Ternyata literasi itu tidak sesulit yang dibayangkan, jelasnya kemudian dalam pesan singkat melalui whatsapp.
Sementara Farchah yang mengampu mata pelajaran PPKn dalam kesempatan terpisah menyampaikan bahwa workshop ini menjadikan lebih paham tentang apa itu literasi dan numerasi dalam ANBK, sehingga nantinya dalam pembelajaran selanjutnya akan lebih mengarah atau berpedoman pada kaidah-kaidah tersebut. Meski demikian, dalam pembelajaran PPKn, beliau sudah lama menerapkan pembelajaran berbasis literasi baik dalam KBM maupun dalam rangkaian evaluasi. Satu hal yang disayangkan olehnya adalah belum disinggungnya materi tentang surveI lingkungan dan surveI karakter.
Di kesempatan yang
terpisah Bayu Heryanto, S.Pd, menyampaikan bahwa literasi wajib dilaksanakan
dan terus dikembangkan oleh semua guru dan siswa dengan memanfaatkan berbagai
media yang ada, sehingga literasi menjadi sebuah pembiasaan dan sarana
pembentukan karakter.
“Literasi ini tidak
bisa dilakukan secara individu tetapi perlu adanya dukungan, kolaborasi dan
inovasi dari seluruh stakeholder yang
ada. Semoga kita semua yang terlibat dalam kegiatan literasi di sekolah selalu semangat
dan jangan pernah berhenti berkarya
untuk mengembangkan diri melalui kegiatan literasi,” pungkas kepala SMP
Negeri 2 Purwokerto. (EHW)
Share This News