Sesuai imbauan bupati Banyumas, Achmad Husein bahwa terkait pembelajaran siswa SD SMP dilakukan secara daring. Karena kebijakan itu SMP Negeri 2 Purwokerto telah menyiapkan 277 tablet untuk Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS). Pihak sekolah menyiapkan sebanyak 277 tablet, namun diperuntukan hanya bagi anak-anak yang kurang mampu.
"Tablet-tablet tersebut sebenarnya adalah untuk kelas 7 tahun kemarin yang sekarang naik ke kelas 8, tetapi baru diadakan tahun ini," ujar Kepala SMP Negeri 2 Purwokerto, Bayu Heryanto kepada Tribunbanyumas.com, Senin (13/7/2020).
SMP Negeri 2 Purwokerto sebelumnya memang menerapkan pembelajaran berbasis IT. Karena diharapkan dalam proses belajar mengajar siswa dapat mengoperasikan android untuk semua pelajaran tergantung materinya. Dalam proses pembelajaran tersebut ternyata masih ada anak-anak yang belum memiliki android. Maka dari itu pihak sekolah langsung meminjamkan tablet selama berjalannya masa pengenalan siswa. "Ada sekitar 12 peserta didik baru yang di inventarisasi tablet. Ini adalah untuk 3 hari saja saat MPLS bukan untuk belajar daringnya.
Tetapi jika ada siswa yang membutuhkan dalam proses belajar daring kami siap melayani di laboratorium," tambahnya. Ada 4 laboratorium komputer dimana dalam satu ruangan terdapat 40 sehingga total ada sekitar 160 perangkat laptop atau PC. Selain memberikan bantuan tablet bagi peserta didik kurang mampu, pihak sekolah juga memberikan bantuan kuota.
Bantuan kuota juga diberikan kepada siswa kurang mampu dengan nominal sebesar Rp 100 ribu perbulan. "Dana ini merupakan anggaran dari BOS, dan ini yang sudah berjalan juga pada kelas 8 dan 9. Anggarannya sendiri sampai Rp 500 juta rupiah, dari BOS," ungkapnya. Masa orientasi siswa dilakukan layaknya pada umumnya meskipun ditengah pandemi covid-19. Kegiatannya adalah seperti pengenalan wawasan wiyata mandala, kewarganegaraan, kurikulum, ekstra kurikuler, PHBS, dan sebagainya. Namun semua itu dilakukan secara daring atau online, ataupun live youtube. Salah seorang peserta didik baru, Razello Nurfawzy (12) mengaku merasa berbeda dengan masa pengenalan ditengah pandemi covid-19 saat ini.
"Memang rasanya berbeda jika dibandingkan dengan kakak-kakak kelas sebelumnya. Kita tidak bisa bersalaman, tidak bisa bertahap muka, tapi malah online. Rasanya jadi kurang seru kalau diajak buat berkenalan," katanya. Kemudian salah seorang wali murid, Aisyah Dinda (21) mengungkapkan memang karena masa-masa pandemi sehingga segalanya harus serba online.
"Mereka jadi diajarkan sebenarnya bahwa menggunakan handphone tidak harus untuk main game saja tetapi juga untuk belajar. Mereka dituntut lebih dini agar mengerti teknologi," pungkasnya. Sebagai upaya mengontrol penggunaan gedget pada anak, Dinda mengaku tergabung dalam grup wali murid supaya mengetahui perkembangan para anak.
Sumber: tribunjateng.com
Share This News